Review Seventeen - Call Call Call

0 komentar

memang secara waktu, telat sekali untuk memposting tulisan ini, tapi sekali lagi, lebih baik telat dari pada tidak sama sekali. jujur beberapa hari belakangan ini, rasa fangirling aku sedikit terusik akibat boband cimik besutan produser.

kalian tahu lah ya?
iya siapalagi kalau bukan wanna one
bahkan hampir lupa ingatan pengen beli tiket konsernya yang diatas 1 juta. tapi syukur Alhamdulillah nafsu teredam, akibat aku kembali menemukan hidupku di Seventeen. yap rambut dan jidat Wonwoo mengalihkan hidupku kembali dari Wanna One.

Carats pasti udah ga sabar donk, nungguin Seventeen debut di Jepang?
dan akhirnya, mereka berhasil menelerukan album debut Jepang yang judulnya " We Make You" yang isinya 5 lagu, 4 lagu yang sebelumnya udah pernah rilis di Korea tapi dibikin versi Jepangnya, dan 1 lagu baru yang judulnya call call call.

well, sebelum bahas lagu serta penampilan Seventeen di Mv Call Call Call. aku sedikit mau curhat dulu nih, jadi aku tuh sebenernya kurang begitu suka kalau artis Korea tiba-tiba buat lagu dengan bahsa Jepang, yang biasa-biasa sih kurang easy listening alias kurang enak untuk di dengerin. aku ga mau nyebutin contohnya, nanti aku di semprot sama fandom sebelah.

kesan maksa, jadi point utama kalau ada artis Kpop yang buat lagu Jepang (eitss ini untuk boyband jaman milenial yah, klo BB lama macam DBSK, BIGBANG itu maaah keren) terus entah kenapa kualitas suara, pengambilan efek gambar untuk video klip terkesan kurang dari yang Korea ( corrects me if i am wrong) jadi intinya aku kurang suka

Tapiiiiiiii
itu semua berubah saat Seventeen ngeluarin MV Call Call Call.
pasti banyak yang komen dalam hati " allaaaaa, orang lagi jatuh cinta mah apa aja dibilang bagus, alaaa emang fansnya Seventeen jadi BB kesayangannya aja yang di bela"
well this is different gengs.

tanpa tahu makna, cuma liat kegantengan mereka di MV, aku udah jatuh cinta banget sama
" chiring chiring-nya" hahahaha

oke, pertama ayo kita bahas soal lagunya,
lagu Call Call Call ini bisa dibilang masih mengusung pop dance dengan sedikit unsur musik Rock Upbeat ang fungky.
Besutan gitar di intro itu keren banget terus bang Vernon bilang " Seventeeeeeen" and babeh Scopus langsung ngerap " seka seka seka seka" di bales babang Wonwoo " Maji Giri Giri Giri Giri"
super siaaaal itu keren banget.
masuk ke pertengah lagu kita di buat adem sama suara DK terus reff-nya. Gila Gila Gila, ini lagu upbeat
hampir semua part gue suka, kalian harus denger partnya Mingyu yang " Ay.....yoro mo asa oe, kimi dake everyday omotteruyo" itu dab abis.
so dari 0 - 10, aku kasih 9 buat nilai lagunya

kedua ayo bahas MV-nya
MV call call call ini agak terkesan dark tapi ga bajingan banget kok, kalian ga akan liat member Seventeen pake eyeliner yang tebel-tebel banget, atau rambut di mohawk ala-ala. jadi di MV ini, di ceritakanlah 3 geng ni guys

Geng Scoups : Mingyu, Seungkwan dan Hoshi
Geng Wonwoo : Jihoon, DK, Jeonghan, Minghao
Geng Jun : Dino, Vernon, Joshua

Geng Scoups itu konsepnya berasa Kingsman, semua anggotanya pake jas rapi, kalau dari blog sebelah ada lagi namanya yaitu Manner Makes Man. dan entah kenapa warna Hijau itu emang cocok banget buat Mingyu.



Geng Wonwoo itu real man, konsep mereka tuh kayak anak-anak nakal yang suka make motor gede, dan jaket kulit. dan disini gue malah suka sama Jihoon, disini dia lebih stand out ketimbang Wonwoo-nya (maafkan aku ya Jeon)



kalau Geng Jun, lebih ke Sporty, mereka cuma tampil pake kaos yang dilapisin jaket sporty, sukaaaa.



ada beberapa shot MV ini yang menurut gue epic, ada scene dimana Mingyu dengan payungnya



" Moshi Moshi" nya Vernon



dan scene dimana Mingyu membalas dendam pada Jihoon yang selama ini suka membully-nya (remember adegan Gitar? atau MV Pretty U atau Clap?) Nah Disini gantian Mingyu yang bully Jihoon



oke dari MV gue kasih nilai 9,5 dari 10

lanjut ke makna lagu, makna lagu Call Call Call ini lumayan bagus, karena intinya kalau kalian ada masalah even terberat dan kamu negarasa ga bisa nanganinnya sendiri, just call me and gue akan berlari ke arah kamu, kemanapun kamu berada.

JLEB donk, dibalik lagu pop dance nuansa rock upbeat ini, ternyata intinya lumayan dalem.

well berakhir lah review gue ini. intinya gue suka, dan gue bakal nonton Seventeen Ideal Cut di Jakarta September nanti. gue bakal nantiin gimana mereka live Call Call Call ini di depan gue, ngeliat gerakan leher seksi mereka dan juga hip trust. wkwkwkwk

tapiiii minta izin dulu sama suami

hehehe

oke, see you on the next review



xoxo
Mika Bellamy

_ June, 2018 _ 

Apakah sifat dan Sikap anak tergantung pada Cara Pola Asuh?

0 komentar


Ide tulisan ini menguar begitu saja ketika tadi pagi saat Sahur, keponakan saya rewelnya minta ampun, si ibu yang notabene kakak ipar saya sampai tidak khusyu dalam makan sahur, maunya di gendong saja, padahal Oktober nanti keponakan saya ini usianya akan menginjak 2 tahun, dan lumayan menjengkelkan dan kasihan sama ibunya adalah, si anak maunya sama ibunya saja. kalau tidak di tarik perhatiannya dengan berbagai macam cara, pasti menangis dan merengek pada ibunya saja,

eh BTW


Assalamua’alaikum calon ibu ibu cantik atau calon bapak-bapak ganteng, yang udah jadi orang tua-pun selamat pagi. Atau yang masih abg-abg labil, salam kenal.
Panjang ya salamnya????

Iya

Karena pagi ini aku mau share tulisan yang menurut aku pengetahuan, di selingi sedikit sama pengalaman siih. Berawal dari melihat kelakuan keponakan sama anaknya temen. Kok keponakan aku manja dan rewelnya minta ampun tapi anak temen aku tuh ga rewel, kalau perlu bantuan baru cari perhatian, tapi kalau lagi main ya sendiri, ga manja.



Dari situ kan aku mikir, kenapa bisa beda ya???

Manusia di ciptakan dari bahan yang sama, di berikan akal, kapasitas dan fungsi yang sama, namun kenapa 2 bocah yang umurnya tidak berbeda jauh ini beda banget??? Setelah menilik dan mengulik peran orang tua dalam mengasuh anak sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

Jadi makannya salamnya agak panjang, karena ini akan berguna buat abg sebagai pengetahuan, calon orang tua dan orang tua dalam mengasuh anak. Pola asuh anak itu banyaaak macamnya, ini yang dulu aku pelajarin di kelas Psikologi anak. Yang paling aku hafal sampai saat ini ada 5 ( otoriter, neglected, permisif, demokrat, dan narsistik). Padahal kalau mau dikulik lagi ada lebih dari 21 macam pola asuh lain.

Ayo kita sama bahas satu persatu

1. Parenting Otoritatif (Authoritative parenting atau propagative parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua mengatur batas, memberi pemahaman kepada anak-anak, dan tanggap terhadap kebutuhan emosional mereka.
  • Orangtua dengan pola asuh anak otoritatif sangat hangat kepada anak-anak mereka, dan menekankan alasan diberlakukannya aturan.
  • Anak-anak mungkin menjadi lebih mandiri, diterima secara sosial, sukses dalam akademis, dan berperilaku baik.
2. Parenting Permisif (Permissive parenting atau Indulgent parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua dengan pola asuh anak permisif cenderung tanggap terhadap anak-anak mereka, namun longgar terhadap aturan dan disiplin.
  • Orangtua sangat jarang memberi tuntutan dan harapan kepada anak.
  • Anak-anak yang dibesarkan dengan gaya ini cenderung tumbuh tanpa sikap disiplin.
3. Parenting Acuh tak acuh (Uninvolved parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua sangat sedikit memberikan kehangatan kepada anak mereka, tidak terlibat dalam kehidupan anak (tidak menentukan batasan dan tidak menuntut), dan kurang tanggap terhadap kebutuhan anak.
  • Orangtua dengan gaya pengasuhan ini tidak memantau aktivitas anak mereka.
  • Anak-anak akan sering merasa takut, gelisah, dan stres karena tak ada dukungan dari orangtuanya.
4. Parenting Sembrono (Neglectful parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua dengan pola asuh anak ini cenderung mengabaikan emosi dan opini anak-anak mereka.
  • Rendahnya daya tanggap orangtua terhadap tuntutan anak.
  • Anak-anak yang dibesarkan dengan cara ini kurang disiplin, tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya, berkembang menjadi dewasa sebelum waktunya. dan sering mengalami pertengkaran dengan orangtua mereka.
5. Parenting Otoritarian (Authoritarian parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua memberikan aturan yang ketat, hukuman keras, hanya memberikan sedikit pemahaman kepada anak, dan kurang ramah kepada anak-anaknya.
  • Orangtua sering berkata, "Saat ibu/ayah seusiamu, ibu/ayah sudah bisa ....".
  • Mengakibatkan anak menjadi pendiam, kurang percaya diri, kurang terampil secara sosial, dan kurang berprestasi di sekolah.
6. Parenting Kasih Sayang (Attachment parenting, Intuitive Parenting,atauNatural Parenting)
Ciri-cirinya:
  • Keterikatan emosional dipupuk dengan baik oleh orangtua.
  • Orangtua dengan pola asuh anak kasih sayang biasanya menghindari hukuman fisik dan mengajarkan disiplin melalui interaksi antara orangtua dan anak.
  • Anak menjadi manja dan terlalu tergantung kepada orangtuanya.
7. Parenting Positif (Positive parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua membimbing dan menasehati anak tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
  • Orangtua mengajarkan cara positif dan menjelaskan bahwa setiap pilihan mempunyai konsekuensi tersendiri.
  • Anak-anak belajar untuk mempertimbangkan pilihan yang ada dan lebih bertanggung jawab.
8. Parenting Narsistik (Narcissistic parenting)
Ciri-cirinya:
  • Anak diharuskan untuk mencapai semua impian dan cita-cita yang tidak dapat dicapai oleh orangtua.
  • Orangtua yang narsis bisa sangat memuja anaknya secara berlebihan, atau merasa tersaingi oleh kehadiran anaknya.
  • Anak-anak tidak mendapat keleluasaan untuk mengeksplorasi minat dan potensi mereka.
9. Parenting Pendampingan (Nurturant parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua mengharapkan anak untuk mengeksplorasi lingkungan sekitarnya dengan pengawasan orangtua.
  • Orangtua menerapkan batasan kepada anak dan mengharapkan orang lain akan mematuhinya juga.
  • Anak cenderung merasa empati kepada orang lain, bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain, serta lebih percaya diri.
10. Parenting yang Berlebihan (OverparentingatauHelicopter parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua terlibat langsung dalam setiap aspek kehidupan anak dan menyelesaikan semua permasalahan anak.
  • Orangtua melindungi anak secara berlebihan dan tidak membiarkan anak menghadapi kesulitan.
  • Anak menjadi tidak mandiri dan tidak memahami kesalahan dan konsekuensi yang akan mereka hadapi.
11. Parenting menyesuaikan dengan keadaan (Slow parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua untuk terlibat sesedikit mungkin dalam kehidupan anak dan memastikan bahwa ada cukup waktu untuk dihabiskan bersama keluarga.
  • Orangtua membatasi anak untuk menggunakan peralatan elektronik dan menggantinya dengan mainan atau buku yang mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas anak.
  • Anak-anak mengetahui batas dan kemampuan mereka.
12. Parenting yang Meracuni (Toxic parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua seringkali melakukan kekerasan.
  • Orangtua mengabaikan kebutuhan anak, baik secara emosional maupun fisik.
  • Anak tidak dapat mengenali diri sendiri dan rasa percaya dirinya berkurang.
13. Parenting Lumba-lumba (Dolphin parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua menghindari perencanaan kegiatan yang berlebihan bagi anak-anak mereka, menahan diri untuk tidak terlalu overprotektif, dan memperhitungkan keinginan, cita-cita, dan tujuan anak.
  • Orangtua dapat memperlakukan setiap anaknya secara berbeda sesuai dengan kebutuhan dan kepribadian dari masing-masing anak.
  • Anak-anak mempunyai keterampilan sosial, percaya diri, kreatif, mudah beradaptasi, dan termotivasi untuk mengembangkan dirinya.
14. Parenting Ubur-ubur (Jellyfish parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua dengan pola asuh anak ubur-ubur menerapkan sedikit aturan dan memberikan sedikit harapan kepada anak.
  • Orangtua seringkali mengalah untuk menghindari konfrontasi/perlawanan dari anak.
  • Anak menjadi kurang pandai dalam bersosialisasi dan bidang akademis, serta cenderung melibatkan diri dalam perilaku yang berisiko saat remaja/dewasa.
15. Parenting Hipnosis (Hypnoparenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua memberikan sugesti positif kepada anaknya berkaitan dengan perkembangan dan pendidikan anak.
  • Orangtua memberikan bantuan dan dukungan kepada anak secara emosional.
  • Anak-anak lebih terbuka dan berdiskusi dengan orangtua mengenai persoalan yang mereka hadapi.
 16. Parenting Berlebihan(Hyperparenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua memberikan kontrol berlebihan agar anak mencapai yang terbaik dalam segala hal.
  • Orangtua tidak memperbolehkan anak untuk membuat keputusan sendiri.
  • Anak menjadi kurang berkembang, mengalami kesulitan dalam bersosialisasi, dan cepat merasa stres.
 17. Parenting ala Macan (Tiger parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua mengharuskan anak mereka untuk mencapai kesuksesan dalam segala bidang, khususnya akademis.
  • Orangtua memberlakukan kedisiplinan ketat dan keras, mengontrol secara psikologis, dan memiliki harapan tinggi kepada anak mereka.
  • Anak menjadi mudah cemas, depresi, dan kurang percaya diri.
18. Parenting ala Gajah (Elephant parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua tanggap terhadap kebutuhan anak dan melindungi anak agar tidak mengalami kesulitan dan persoalan.
  • Orangtua memberikan kasih sayang dan mendukung anak secara emosional.
  • Anak-anak menjadi kurang memahami batasan dan aturan.
19. Parenting Mercu Suar (Lighthouse parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua membiarkan anak mereka untuk merasakan dan mengalami kegagalan dan berbagai konsekuensi yang menyertainya.
  • Orangtua memberikan nasehat, dukungan, dan dorongan agar anak mereka dapat belajar mengatasi masalah mereka sendiri.
  • Anak dapat menjadi menjadi individu tangguh dan cakap.
20. Parenting Holistik (Spiritual parenting/Holistic parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua dengan pola asuh anak holistik memberikan contoh yang baik kepada anak melalui perilaku orangtua itu sendiri.
  • Orangtua menghargai perbedaan kepribadian anak dan memberikan keleluasaan kepada anak untuk mengembangkan keyakinan mereka sesuai kepribadian dan potensi masing-masing.
  • Anak-anak lebih memiliki kesadaran batin dan menghargai lingkungan sekitarnya.
21. Parenting Tanpa Syarat (Unconditional ParentingatauConscious Parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua menerima dan mendukung anak secara positif.
  • Orangtua memberikan pujian atas perilaku anak yang baik.
  • Anak belajar memahami bahwa perilaku yang baik itu adalah perilaku yang diterima dan diperhatikan
Nah setelah tahu beberapa macam ti=tipe pola asuh, tambah paham donk, kenapa setiap anak punya perilaku yang berbeda-beda. Orang tua biasanya tidak saklek menerapkan 1 macam pola asuh saja terhadap anaknya, tanpa disadari perkataan dan perbuatan mereka itu masuk ke dalam salah sati tipe pola asuh.

Contoh

Si Ibu ingin menerapkan pola asuh Unconditional Parenting, yang selalu mendukung secara positif, tapi ketika anak sedang main kotor tiba-tiba di larang bahkan dimarahi, itu kan sudah masuk ke pola asuh otoriter.

Makin jelas sudah kenapa keponakan saya beda banget sama anak temen, jadi makin kebuka pola asuh seperti apa yang kakak ipar saya terapkan ke anaknya hingga keponakan saya menjadi manja seperti itu.

Well sebagai tante yang baik, saya harus bisa mengurangi sifat manja dan juga rewel keponakan saya.
Kalau calon orang tua atau yang sekarang sudah menjadi orang tua, mau seperti anak kalian????

Xoxo

Mika Bellamy

_ June, 2018 _



Belajar dari sebuah Lubang

0 komentar

what???
well, Lubang
apakah yang bisa kita pelajari dari sebuah lubang?
sebelumnya kalian tahu tidak lubang itu apa?

secara kamus besar bahasa indonesia,
Lubang adalah
1. liang
2. lekuk di tanah

jadi dapat disimpulkan jika kamu berjalan dan sedikit membuat jalan kita limbung, dapat dipastikan kalian terjerumus dalam lubang.



apa sih........

lalu kalian pernah dengar ga sih tentang pepatah satu ini?



Jangan jatuh di lubang yang sama

Apa sih arti kalimat di atas?

Apakah kita berjalan sekali terjatuh di lubang, lalu berjalan kembali jatuh ke lubang lagi?

Atau kita berjalan di jalan yang sama, lalu kembali jatuh di lubang yang sama?

Apa yang bisa kita tarik?

Pembelajaran

Yah, harfiah dari pepatah tersebut adalah pembelajaran. Masa iya, kita sudah sering berjalan di sama, 
lalu selalu jatuh di lubang yang sama. Itu berarti kita tidak belajar dari lubang tersebut.

Hahaha, intro dari tulisan ini, engga banget ya?

Intinya sih, aku mau sharing pengalaman aja yang ada kaitannya dengan pepatah tersebut.

Aku punya teman

Teman sepermainan

( eitsss, jangan nyanyi lagunya Ratu donk)

#LOL

Jadi, sebut saja teman ini namanya Bunga ( guys terlalu mainstream banget ga sih?

Oke take ulang

Jadi, sebut saja teman ini namanya qwertyuiopasdfghjklzxcvbnm ( nah ga mainstream kan?, iyalah 
tinggal ngurut aja huruf di keyboard, hehehe)

Aku becanda mulu ya dari tadi???

Oke sekarang, mulai serius

Jadi temen ini punya pengalaman dengan pasangannya, intinya, pasangannya ini kurang baik. Sering 
marah-marah, sering ngomong kasar, perlakuannya kurang sopan, tingkah laku bagai berandal. Nah 
teman ini awalnya tetap bersikukuh ingin bersama pasangannya yang bisa kita katakan bad boy.

Berkali kali di sakiti, tetap ingin kembali

Teman bilang ini cinta

Aku bilang sih ini gila

Walhasil setelah bekali-kali di sakiti, berkali-kali baikan kembali, tapi ujung-ujungnya nangis lagi, 
teman ini mulai ingin move on dari pasangannya.

Setahun berlalu dan teman ini berhasil.

Namun

Ada kejadian

Yah hanya kembali dipetemukan dalam sebuah aplikasi

Benih benih cinta itu mulai kembali

Pasangan padahal tidak menyapa sama sekali, namun si teman mulai jatuh hati

Aku????

Gemes pengen remes-remes mie

Ini macam drama-drama India atau Turki

Aku sebagai teman yang hanya bisa jadi pendengar tanpa delegasi, hanya mengembalikan semua 
keputusan di tangan teman. Karena dia yang menjalani. Segala konsekuensi harus di jalani termasuk 
kembali lagi patah hati.

Aku tidak menghakimi,

Aku hanya bisa berbesar hati dan kembali menerima temanku kembali dengan tangan terbuka.

Dan hanya berbisik “ jangan diulangi lagi”

Ia mengangguk mengerti

“ aku tidak boleh jatuh ke dalam lubang yang sama lagi”

Aku terharu dalam hati, akhirnya teman aku mengerti.

Jadi, itulah kisahnya yang ingin ku bagi.

Intisarinya,
1.     
  Belajar butuh proses

2.       Tidak apa terjatuh berkali-kali asal hasilnya adalah mengerti

3.       Ilmu itu tidak di dapat secara instan


Oke, itulah yang ingin saya sharing hari ini. Mudahan dapat dipelajari, sampai jumpa di cuapcuap mika selanjutnya


Xoxo
Mika Bellamy

_ June, 2018 _


The End Where I Begin

0 komentar



Hi B
Long Time No See
Do You Miss Me???


Maaf, beberapa bulan ini aku jarang memberikan konten-konten untukmu. Aku tidak ingin beralasan, jujur aku tidak ada bahan tulisan, ide-pun lenyap begitu saja seiring dengan detik jam yang berlalu. Aku tidak ingin menyatakan bahwa aku  menyerah, aku hanya kembali menata hati yang terlanjur patah hanya karena ucapan bahwa aku harus berhenti.

Yah kata berhenti itu begitu mengejutkan bagiku, jika banyak pepatah bilang “ bagai disambar petir di siang bolong” tidak ada mendung, tidak ada hujan, cuaca cukup cerah dan tiba-tiba petir menyambar.
Aku sepenuhnya belum siap, ada beberapa hal yang aku pikirkan.
 Segala impian dan tujuan hidupku saat itu aku pikir akan lenyap begitu saja. Dan nafsu ini terlalu menguat di hatiku bahwa aku akan mendapatkan yang lebih baik. Aku sempat tidak memikirkan lagi tujuanku dan impianku, aku hanya memikirkan satu hal pada saat itu, yaitu  Materi.

Aku berfikir aku mencoba peruntungan baru asalkan aku mendapatkan 6 kata itu. tempat manapun, posisi apapun, semuanya telah aku coba.
Dan hasilnya?
Ada beberapa yang terkait, namun sepertinya umpan yang aku berikan tidak cukup kuat, sehingga setelah sekali gigit, ikannyapun terlepas begitu saja.

Lalu aku sadar
Aku seperti di tampar

Bahwa 6 kata itu bukanlah segalanya, segala impian dan tujuanku bisa tercapai jika punya harapan. Berharap bahwa semua ini hanya ujian yang di berikan Allah pada hambanya, berharap bahwa jika aku memperbaiki diriku aku bisa melewati ujian ini, dan berharap semua akan kembali seperti semula.
Lalu harapan itu tidak hanya sebuah harapan,
Aku harus kembali berusaha, berusaha sambil memegang teguh harapan itu.

Aku berusaha untuk memperbaiki diri

Aku berusaha untuk melewati ujian ini

Saat ini aku sudah bisa menerima kata berhenti itu
Namun berhenti disana bukan berarti menghentikan aku di tempat lain.

Terimakasih untuk pengalaman sebelumnya, aku banyak belajar disana, aku telah melaksanakan tugasku dengan baik disana, sekarang aku siap berjalan maju kembali, mencari stasiun terbaru bagi karirku.

End of contract not means end of the world, right????
this the end where i Begin,
same like The Script Song



_ May, 2018 _

Xoxo
Mika Bellamy

Short Story About Me and My Life

Short Story About Me and My Life

EXO

EXO
 
  • A Short Note For Abnormal Thinker © 2012 | Visit us Gallery Cosplay, in collaboration with Inkesmas , Jual Adsense