Apakah sifat dan Sikap anak tergantung pada Cara Pola Asuh?


Ide tulisan ini menguar begitu saja ketika tadi pagi saat Sahur, keponakan saya rewelnya minta ampun, si ibu yang notabene kakak ipar saya sampai tidak khusyu dalam makan sahur, maunya di gendong saja, padahal Oktober nanti keponakan saya ini usianya akan menginjak 2 tahun, dan lumayan menjengkelkan dan kasihan sama ibunya adalah, si anak maunya sama ibunya saja. kalau tidak di tarik perhatiannya dengan berbagai macam cara, pasti menangis dan merengek pada ibunya saja,

eh BTW


Assalamua’alaikum calon ibu ibu cantik atau calon bapak-bapak ganteng, yang udah jadi orang tua-pun selamat pagi. Atau yang masih abg-abg labil, salam kenal.
Panjang ya salamnya????

Iya

Karena pagi ini aku mau share tulisan yang menurut aku pengetahuan, di selingi sedikit sama pengalaman siih. Berawal dari melihat kelakuan keponakan sama anaknya temen. Kok keponakan aku manja dan rewelnya minta ampun tapi anak temen aku tuh ga rewel, kalau perlu bantuan baru cari perhatian, tapi kalau lagi main ya sendiri, ga manja.



Dari situ kan aku mikir, kenapa bisa beda ya???

Manusia di ciptakan dari bahan yang sama, di berikan akal, kapasitas dan fungsi yang sama, namun kenapa 2 bocah yang umurnya tidak berbeda jauh ini beda banget??? Setelah menilik dan mengulik peran orang tua dalam mengasuh anak sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

Jadi makannya salamnya agak panjang, karena ini akan berguna buat abg sebagai pengetahuan, calon orang tua dan orang tua dalam mengasuh anak. Pola asuh anak itu banyaaak macamnya, ini yang dulu aku pelajarin di kelas Psikologi anak. Yang paling aku hafal sampai saat ini ada 5 ( otoriter, neglected, permisif, demokrat, dan narsistik). Padahal kalau mau dikulik lagi ada lebih dari 21 macam pola asuh lain.

Ayo kita sama bahas satu persatu

1. Parenting Otoritatif (Authoritative parenting atau propagative parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua mengatur batas, memberi pemahaman kepada anak-anak, dan tanggap terhadap kebutuhan emosional mereka.
  • Orangtua dengan pola asuh anak otoritatif sangat hangat kepada anak-anak mereka, dan menekankan alasan diberlakukannya aturan.
  • Anak-anak mungkin menjadi lebih mandiri, diterima secara sosial, sukses dalam akademis, dan berperilaku baik.
2. Parenting Permisif (Permissive parenting atau Indulgent parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua dengan pola asuh anak permisif cenderung tanggap terhadap anak-anak mereka, namun longgar terhadap aturan dan disiplin.
  • Orangtua sangat jarang memberi tuntutan dan harapan kepada anak.
  • Anak-anak yang dibesarkan dengan gaya ini cenderung tumbuh tanpa sikap disiplin.
3. Parenting Acuh tak acuh (Uninvolved parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua sangat sedikit memberikan kehangatan kepada anak mereka, tidak terlibat dalam kehidupan anak (tidak menentukan batasan dan tidak menuntut), dan kurang tanggap terhadap kebutuhan anak.
  • Orangtua dengan gaya pengasuhan ini tidak memantau aktivitas anak mereka.
  • Anak-anak akan sering merasa takut, gelisah, dan stres karena tak ada dukungan dari orangtuanya.
4. Parenting Sembrono (Neglectful parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua dengan pola asuh anak ini cenderung mengabaikan emosi dan opini anak-anak mereka.
  • Rendahnya daya tanggap orangtua terhadap tuntutan anak.
  • Anak-anak yang dibesarkan dengan cara ini kurang disiplin, tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya, berkembang menjadi dewasa sebelum waktunya. dan sering mengalami pertengkaran dengan orangtua mereka.
5. Parenting Otoritarian (Authoritarian parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua memberikan aturan yang ketat, hukuman keras, hanya memberikan sedikit pemahaman kepada anak, dan kurang ramah kepada anak-anaknya.
  • Orangtua sering berkata, "Saat ibu/ayah seusiamu, ibu/ayah sudah bisa ....".
  • Mengakibatkan anak menjadi pendiam, kurang percaya diri, kurang terampil secara sosial, dan kurang berprestasi di sekolah.
6. Parenting Kasih Sayang (Attachment parenting, Intuitive Parenting,atauNatural Parenting)
Ciri-cirinya:
  • Keterikatan emosional dipupuk dengan baik oleh orangtua.
  • Orangtua dengan pola asuh anak kasih sayang biasanya menghindari hukuman fisik dan mengajarkan disiplin melalui interaksi antara orangtua dan anak.
  • Anak menjadi manja dan terlalu tergantung kepada orangtuanya.
7. Parenting Positif (Positive parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua membimbing dan menasehati anak tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
  • Orangtua mengajarkan cara positif dan menjelaskan bahwa setiap pilihan mempunyai konsekuensi tersendiri.
  • Anak-anak belajar untuk mempertimbangkan pilihan yang ada dan lebih bertanggung jawab.
8. Parenting Narsistik (Narcissistic parenting)
Ciri-cirinya:
  • Anak diharuskan untuk mencapai semua impian dan cita-cita yang tidak dapat dicapai oleh orangtua.
  • Orangtua yang narsis bisa sangat memuja anaknya secara berlebihan, atau merasa tersaingi oleh kehadiran anaknya.
  • Anak-anak tidak mendapat keleluasaan untuk mengeksplorasi minat dan potensi mereka.
9. Parenting Pendampingan (Nurturant parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua mengharapkan anak untuk mengeksplorasi lingkungan sekitarnya dengan pengawasan orangtua.
  • Orangtua menerapkan batasan kepada anak dan mengharapkan orang lain akan mematuhinya juga.
  • Anak cenderung merasa empati kepada orang lain, bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain, serta lebih percaya diri.
10. Parenting yang Berlebihan (OverparentingatauHelicopter parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua terlibat langsung dalam setiap aspek kehidupan anak dan menyelesaikan semua permasalahan anak.
  • Orangtua melindungi anak secara berlebihan dan tidak membiarkan anak menghadapi kesulitan.
  • Anak menjadi tidak mandiri dan tidak memahami kesalahan dan konsekuensi yang akan mereka hadapi.
11. Parenting menyesuaikan dengan keadaan (Slow parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua untuk terlibat sesedikit mungkin dalam kehidupan anak dan memastikan bahwa ada cukup waktu untuk dihabiskan bersama keluarga.
  • Orangtua membatasi anak untuk menggunakan peralatan elektronik dan menggantinya dengan mainan atau buku yang mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas anak.
  • Anak-anak mengetahui batas dan kemampuan mereka.
12. Parenting yang Meracuni (Toxic parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua seringkali melakukan kekerasan.
  • Orangtua mengabaikan kebutuhan anak, baik secara emosional maupun fisik.
  • Anak tidak dapat mengenali diri sendiri dan rasa percaya dirinya berkurang.
13. Parenting Lumba-lumba (Dolphin parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua menghindari perencanaan kegiatan yang berlebihan bagi anak-anak mereka, menahan diri untuk tidak terlalu overprotektif, dan memperhitungkan keinginan, cita-cita, dan tujuan anak.
  • Orangtua dapat memperlakukan setiap anaknya secara berbeda sesuai dengan kebutuhan dan kepribadian dari masing-masing anak.
  • Anak-anak mempunyai keterampilan sosial, percaya diri, kreatif, mudah beradaptasi, dan termotivasi untuk mengembangkan dirinya.
14. Parenting Ubur-ubur (Jellyfish parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua dengan pola asuh anak ubur-ubur menerapkan sedikit aturan dan memberikan sedikit harapan kepada anak.
  • Orangtua seringkali mengalah untuk menghindari konfrontasi/perlawanan dari anak.
  • Anak menjadi kurang pandai dalam bersosialisasi dan bidang akademis, serta cenderung melibatkan diri dalam perilaku yang berisiko saat remaja/dewasa.
15. Parenting Hipnosis (Hypnoparenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua memberikan sugesti positif kepada anaknya berkaitan dengan perkembangan dan pendidikan anak.
  • Orangtua memberikan bantuan dan dukungan kepada anak secara emosional.
  • Anak-anak lebih terbuka dan berdiskusi dengan orangtua mengenai persoalan yang mereka hadapi.
 16. Parenting Berlebihan(Hyperparenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua memberikan kontrol berlebihan agar anak mencapai yang terbaik dalam segala hal.
  • Orangtua tidak memperbolehkan anak untuk membuat keputusan sendiri.
  • Anak menjadi kurang berkembang, mengalami kesulitan dalam bersosialisasi, dan cepat merasa stres.
 17. Parenting ala Macan (Tiger parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua mengharuskan anak mereka untuk mencapai kesuksesan dalam segala bidang, khususnya akademis.
  • Orangtua memberlakukan kedisiplinan ketat dan keras, mengontrol secara psikologis, dan memiliki harapan tinggi kepada anak mereka.
  • Anak menjadi mudah cemas, depresi, dan kurang percaya diri.
18. Parenting ala Gajah (Elephant parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua tanggap terhadap kebutuhan anak dan melindungi anak agar tidak mengalami kesulitan dan persoalan.
  • Orangtua memberikan kasih sayang dan mendukung anak secara emosional.
  • Anak-anak menjadi kurang memahami batasan dan aturan.
19. Parenting Mercu Suar (Lighthouse parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua membiarkan anak mereka untuk merasakan dan mengalami kegagalan dan berbagai konsekuensi yang menyertainya.
  • Orangtua memberikan nasehat, dukungan, dan dorongan agar anak mereka dapat belajar mengatasi masalah mereka sendiri.
  • Anak dapat menjadi menjadi individu tangguh dan cakap.
20. Parenting Holistik (Spiritual parenting/Holistic parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua dengan pola asuh anak holistik memberikan contoh yang baik kepada anak melalui perilaku orangtua itu sendiri.
  • Orangtua menghargai perbedaan kepribadian anak dan memberikan keleluasaan kepada anak untuk mengembangkan keyakinan mereka sesuai kepribadian dan potensi masing-masing.
  • Anak-anak lebih memiliki kesadaran batin dan menghargai lingkungan sekitarnya.
21. Parenting Tanpa Syarat (Unconditional ParentingatauConscious Parenting)
Ciri-cirinya:
  • Orangtua menerima dan mendukung anak secara positif.
  • Orangtua memberikan pujian atas perilaku anak yang baik.
  • Anak belajar memahami bahwa perilaku yang baik itu adalah perilaku yang diterima dan diperhatikan
Nah setelah tahu beberapa macam ti=tipe pola asuh, tambah paham donk, kenapa setiap anak punya perilaku yang berbeda-beda. Orang tua biasanya tidak saklek menerapkan 1 macam pola asuh saja terhadap anaknya, tanpa disadari perkataan dan perbuatan mereka itu masuk ke dalam salah sati tipe pola asuh.

Contoh

Si Ibu ingin menerapkan pola asuh Unconditional Parenting, yang selalu mendukung secara positif, tapi ketika anak sedang main kotor tiba-tiba di larang bahkan dimarahi, itu kan sudah masuk ke pola asuh otoriter.

Makin jelas sudah kenapa keponakan saya beda banget sama anak temen, jadi makin kebuka pola asuh seperti apa yang kakak ipar saya terapkan ke anaknya hingga keponakan saya menjadi manja seperti itu.

Well sebagai tante yang baik, saya harus bisa mengurangi sifat manja dan juga rewel keponakan saya.
Kalau calon orang tua atau yang sekarang sudah menjadi orang tua, mau seperti anak kalian????

Xoxo

Mika Bellamy

_ June, 2018 _



0 komentar:

Posting Komentar

Short Story About Me and My Life

Short Story About Me and My Life

EXO

EXO
 
  • A Short Note For Abnormal Thinker © 2012 | Visit us Gallery Cosplay, in collaboration with Inkesmas , Jual Adsense